Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang Arsitektur Tropis, baiklah langsung saja,
A. PENGERTIAN ARSITEKTUR TROPIS
Arsitektur Tropis adalah suatu konsep bangunan yang mengadaptasi kondisi iklim tropis. Letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki dua iklim, yakni kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau suhu udara sangat tinggi dan sinar matahari memancar sangat panas. Dalam kondisi iklim yang panas inilah muncul ide untuk menyesuaikannya dengan arsitektur bangunan gedung maupun rumah yang dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari segi material, sirkulasi udara,dan pencahayaan alami. Karena lingkungan yang tropis memiliki iklim dengan panas yang menyengat, pergerakan udara, dan curah hujan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu dalam konsep arsitektur tropis ini juga ada upaya yang harus dicegah dari timbulnya efek iklim tropis. Seperti faktor kelembaban, perubahan suhu, dan kesehatan udara.
Pada bangunan arsitektur tropis juga didukung dengan materialnya yang banyak dengan material lokal dan alami. seperti kayu, bambu, dll. Bukaan untuk bangunan arsitektur tropis harus memperhatikan arah pencahayaan matahari pagi dan sore. Agar tercipta suhu dalam bangunan yang cukup nyaman dan sehat. Juga sirkulasi udara yang dirasa akan cukup sebagai udara yang sehat.
Definisi atau pemahaman tentang arsitektur tropis di Indonesia hingga saat ini cenderung keliru. Arsitektur tropis sering sekali dibicarakan, didiskusikan, diseminarkan dan diperdebatkan oleh mereka yang memiliki keahlian dalam bidang sejarah atau teori arsitektur. Arsitektur tropis seringkali dilihat dari konteks 'budaya'. Padahal kata 'tropis' tidak ada kaitannya dengan budaya atau kebudayaan, melainkan berkaitan dengan 'iklim'. Pembahasan arsitektur tropis harus didekati dari aspek iklim. Mereka yang mendalami persoalan iklim dalam arsitektur persoalan yang cenderung dipelajari oleh disiplin ilmu sains bangunan (fisika bangunan) akan dapat memberikan jawaban yang lebih tepat dan terukur secara kuantitatif. Mereka yang dianggap ahli dalam bidang arsitektur tropis Koenigsberger, Givoni, Kukreja, Sodha, Lippsmeier dan Nick Baker memiliki spesialisasi keilmuan yang berkaitan dengan sains bangunan, bukan ilmu sejarah atau teori arsitektur.
Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di Indonesia nampaknya dapat dipahami, karena pengertian arsitektur tropis sering dicampur adukkan dengan pengertian 'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang memang secara menonjol selalu dipecahkan secara tropis. Pada masyarakat tradisional, iklim sebagai bagian dari alam begitu dihormati bahkan dikeramatkan, sehingga pertimbangan iklim amat menonjol pada karya arsitektur tersebut. Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan bentuk-bentuk arsitektur tradisional Indonesia ketika mendengar istilah arsitektur tropis. Dengan bayangan ini yang sebetulnya tidak seluruhnya benar pembicaraan mengenai arsitektur tropis akan selalu diawali. Dari sini pula pemahaman mengenai arsitektur tropis lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni kebudayaan tradisional Indonesia. Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah dan teori arsitektur yang mampu berbicara banyak mengenai budaya dalam kaitannya dengan arsitektur, sementara arsitektur tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi di seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang berbeda-beda, sehingga pendekatan arsitektur tropis dari aspek budaya menjadi tidak relevan.
Dari uraian diatas, perlu ditekankan kembali bahwa pemecahan pemecahan rancangan arsitektur tropis (basah) pada akhirnya sangatlah terbuka. Arsitektur tropis dapat berbentuk apa saja tidak harus serupa dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia, sepanjang rancangan bangunan tersebut mengarah pada pemecahan persoalan yang ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik matahari, suhu tinggi, hujan dan kelembapan tinggi.
Arsitektur Tropis mempertimbangkan kondisi iklim dalam perencanaan dan perancangannya, baik secara mikro (bangunan), meso (lingkungan) dan makro (kawasan). Arsitektur Tropis terus berkembang dan diwujudkan dalam bentuk beragam tema, seperti :
1. Green Architecture
2. Arsitektur Metabolish
3. Solar Arsitektur
B. IKLIM DAN GEOGRAFIS PADA ARSITEKTUR TROPIS
Dua kategori Lingkungan yang terbentuk oleh kondisi iklim dan geografis:
Tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari segi material, sirkulasi udara,dan pencahayaan alami. Karena lingkungan yang tropis memiliki iklim dengan panas yang menyengat, pergerakan udara, dan curah hujan yang cukup tinggi. Oleh sebab itu dalam konsep arsitektur tropis ini juga ada upaya yang harus dicegah dari timbulnya efek iklim tropis. Seperti faktor kelembaban, perubahan suhu, dan kesehatan udara.
Pada bangunan arsitektur tropis juga didukung dengan materialnya yang banyak dengan material lokal dan alami. seperti kayu, bambu, dll. Bukaan untuk bangunan arsitektur tropis harus memperhatikan arah pencahayaan matahari pagi dan sore. Agar tercipta suhu dalam bangunan yang cukup nyaman dan sehat. Juga sirkulasi udara yang dirasa akan cukup sebagai udara yang sehat.
Definisi atau pemahaman tentang arsitektur tropis di Indonesia hingga saat ini cenderung keliru. Arsitektur tropis sering sekali dibicarakan, didiskusikan, diseminarkan dan diperdebatkan oleh mereka yang memiliki keahlian dalam bidang sejarah atau teori arsitektur. Arsitektur tropis seringkali dilihat dari konteks 'budaya'. Padahal kata 'tropis' tidak ada kaitannya dengan budaya atau kebudayaan, melainkan berkaitan dengan 'iklim'. Pembahasan arsitektur tropis harus didekati dari aspek iklim. Mereka yang mendalami persoalan iklim dalam arsitektur persoalan yang cenderung dipelajari oleh disiplin ilmu sains bangunan (fisika bangunan) akan dapat memberikan jawaban yang lebih tepat dan terukur secara kuantitatif. Mereka yang dianggap ahli dalam bidang arsitektur tropis Koenigsberger, Givoni, Kukreja, Sodha, Lippsmeier dan Nick Baker memiliki spesialisasi keilmuan yang berkaitan dengan sains bangunan, bukan ilmu sejarah atau teori arsitektur.
Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di Indonesia nampaknya dapat dipahami, karena pengertian arsitektur tropis sering dicampur adukkan dengan pengertian 'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang memang secara menonjol selalu dipecahkan secara tropis. Pada masyarakat tradisional, iklim sebagai bagian dari alam begitu dihormati bahkan dikeramatkan, sehingga pertimbangan iklim amat menonjol pada karya arsitektur tersebut. Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan bentuk-bentuk arsitektur tradisional Indonesia ketika mendengar istilah arsitektur tropis. Dengan bayangan ini yang sebetulnya tidak seluruhnya benar pembicaraan mengenai arsitektur tropis akan selalu diawali. Dari sini pula pemahaman mengenai arsitektur tropis lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni kebudayaan tradisional Indonesia. Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah dan teori arsitektur yang mampu berbicara banyak mengenai budaya dalam kaitannya dengan arsitektur, sementara arsitektur tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi di seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang berbeda-beda, sehingga pendekatan arsitektur tropis dari aspek budaya menjadi tidak relevan.
Dari uraian diatas, perlu ditekankan kembali bahwa pemecahan pemecahan rancangan arsitektur tropis (basah) pada akhirnya sangatlah terbuka. Arsitektur tropis dapat berbentuk apa saja tidak harus serupa dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia, sepanjang rancangan bangunan tersebut mengarah pada pemecahan persoalan yang ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik matahari, suhu tinggi, hujan dan kelembapan tinggi.
Arsitektur Tropis mempertimbangkan kondisi iklim dalam perencanaan dan perancangannya, baik secara mikro (bangunan), meso (lingkungan) dan makro (kawasan). Arsitektur Tropis terus berkembang dan diwujudkan dalam bentuk beragam tema, seperti :
1. Green Architecture
2. Arsitektur Metabolish
3. Solar Arsitektur
B. IKLIM DAN GEOGRAFIS PADA ARSITEKTUR TROPIS
Dua kategori Lingkungan yang terbentuk oleh kondisi iklim dan geografis:
- Daerah Tropis Kering dengan padang pasir, stepa dan savana kering
- Daerah Tropis Lembab dengan hutan tropis, daerah-daerah dengan angin musim dan savana lembab
Iklim makro berhubungan dengan ruang yang besar seperti negara, benua dan lautan. Iklim mikro berhubungan dengan ruang terbatas, yaitu ruangan dalam, jalan, kota atau taman kecil.
Ciri-ciri Tropis Kering:
1. Kelembaban rendah
2. Curah hujan rendah
3. Radiasi panas langsung tinggi
4. Suhu udara pada siang hari tinggi dan pada malam hari rendah (45 derajat dan 10 derajat Celcius)
5. Jumlah radiasi maksimal, karena tidak ada awan.
6. Pada malam hari berbalik dingin karena radiasi balik bumi cepat berlangsung (cepat dingin bila dibandingkan tanah basah/lembab).
7. Menjelang pagi udara dan tanah benar-benar dingin karena radiasi balik sudah habis. Pada siang hari radiasi panas tinggi dan akumulasi radiasi tertinggi pukul 15.00. Sering terjadi badai angin pasir karena dataran yang luas.
8. Pada waktu sore hari sering terdengar suara ledakan batu-batuan karena perubahan suhu yang tiba-tiba drastis.
Ciri-ciri Tropis Lembab:
1. Curah hujan tinggi sekitar 2000-3000 mm/tahun
2. Radiasi matahari relatif tinggi sekitar 1500 hingga 2500 kWh/m2/tahun
3. Suhu udara relatif tinggi untuk kota dan kawasan pantai atau dataran rendah. Untuk kota dan kawasan di dataran tinggi rendah, sekitar 18 derajat hingga 28 derajat atau lebih rendah.
4. Kelembaban tinggi (Jakarta antara 60 hingga 95%)
5. Kecepatan angina relatif rendah.
C. CIRI-CIRI BANGUNAN ARSITEKTUR TROPIS
1. Mempunyai atap yang relatif tinggi dengan kemiringan diatas 30 derajat. Ruang di bawah atap berguna untuk meredam panas.
2. Mempunyai teritisan / overstek atap yang cukup lebar untuk mengurangi efek tampias dari hujan yang disertai angin. Juga untuk menahan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan.
3. Mempunyai lubang / bukaan untuk ventilasi udara secara silang, sehingga suhu di dalam ruangan bisa tetap nyaman.
4. Pada daerah tertentu, rumah panggung menjadi ciri utama yang kuat untuk antisipasi bencana alam dan ancaman binatang buas.
5. Penggunaan material lokal yang sumbernya bisa didapat di sekitarnya.
Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan berada dalam ruangan yang merupakan salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis. Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya penggunaan material tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya.
D. PERBEDAAN ARSITEKTUR TROPIS DENGAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK
Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitannya iklim daerah tersebut. Pada akhirnya bentuk arsitektur yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh budaya setempat, dan hal ini akan berpengaruh pada ekspresi arsitektur yang akan ditampilakan dari suatu bangunan,selain itu pendekatan bioklimatik akan mengurangi ketergantungan karya arsitektur terhadap sumber-sumber energi yang tidak dapat dipengaruhi.
Sedangkan Arsitektur tropis adalah sebuah konsep desain yang beradaptasi dengan lingkungan yang tropis tetapi bukan berarti melupakan sisi estetika. Hanya disini hal yang paling utama adalah sebuah respon positif dari efek iklim tropis itu sendiri.
Arsitektur bioklimatik menggunakan prinsip desain. Penampilan bentuk arsitektur sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan setempat yaitu,
- Meminimalkan ketergantungan pada sumber energi yang tidak dapadiperbaharui.
- Penghematan energi dari segi bentuk bangunan, penempatan bangunan,dan pemilihan material.
- Mengikuti pengaruh dari budaya setempat.
Hal-hal yang harus dipehatikan dalam mendesain dengan tema bioklimatik strategi pengendalian iklim, antara lain:
- Memperhatikan keuntungan matahari
- Meminimalkan perlakuan aliran panas
- Meminimalkan pembesaran bukaan/bidang terhadap matahari
- Memperhatikan ventilasi
- Memperhatikan penguapan pendinginan, sistem atap.
Sedangkan Arsitektur Tropis adalah jawaban atas kondisi lingkungan di daerah tropis, merupakan karya arsitektur yang mencoba memecahkan problematik iklim tropis. Konsep dasar arsitektur tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis. Sebagaimana diketahui, secara umum iklim tropis ditandai dengan kondisi dua musim, kemarau dan hujan, yang kerap kali mencapai keadaan cukup ekstrim. Desain arsitektur tropis harus mampu menanggapi kedua kondisi tersebut dengan baik.
E. BANGUNAN ARSITEKTUR TROPIS
1. The Cuixmala Luxury Resort Careyes, Meksiko
Bahan bangunan yang digunakan tidak jauh berbeda dengan resort pada umumnya namun terdapat sentuhan material alami pada interior bangunan seperti kayu, pada kusen pintu dan jendela, reng atap dan lainnya, Gaya bangunan Meksiko juga diterapkan pada furniture mewah yang digunakan namun tetap dengan bentuk yang simpel. Terdapat banyak bukaan agar suhu di dalam terjaga. Cahaya matahari tidak masuk secara langsung ke dalam bangunan karena terhalang oleh pohon-pohon.
2. The Fish House Singapore City, Singapore
Ciri-ciri Tropis Kering:
1. Kelembaban rendah
2. Curah hujan rendah
3. Radiasi panas langsung tinggi
4. Suhu udara pada siang hari tinggi dan pada malam hari rendah (45 derajat dan 10 derajat Celcius)
5. Jumlah radiasi maksimal, karena tidak ada awan.
6. Pada malam hari berbalik dingin karena radiasi balik bumi cepat berlangsung (cepat dingin bila dibandingkan tanah basah/lembab).
7. Menjelang pagi udara dan tanah benar-benar dingin karena radiasi balik sudah habis. Pada siang hari radiasi panas tinggi dan akumulasi radiasi tertinggi pukul 15.00. Sering terjadi badai angin pasir karena dataran yang luas.
8. Pada waktu sore hari sering terdengar suara ledakan batu-batuan karena perubahan suhu yang tiba-tiba drastis.
Ciri-ciri Tropis Lembab:
1. Curah hujan tinggi sekitar 2000-3000 mm/tahun
2. Radiasi matahari relatif tinggi sekitar 1500 hingga 2500 kWh/m2/tahun
3. Suhu udara relatif tinggi untuk kota dan kawasan pantai atau dataran rendah. Untuk kota dan kawasan di dataran tinggi rendah, sekitar 18 derajat hingga 28 derajat atau lebih rendah.
4. Kelembaban tinggi (Jakarta antara 60 hingga 95%)
5. Kecepatan angina relatif rendah.
C. CIRI-CIRI BANGUNAN ARSITEKTUR TROPIS
2. Mempunyai teritisan / overstek atap yang cukup lebar untuk mengurangi efek tampias dari hujan yang disertai angin. Juga untuk menahan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan.
3. Mempunyai lubang / bukaan untuk ventilasi udara secara silang, sehingga suhu di dalam ruangan bisa tetap nyaman.
4. Pada daerah tertentu, rumah panggung menjadi ciri utama yang kuat untuk antisipasi bencana alam dan ancaman binatang buas.
5. Penggunaan material lokal yang sumbernya bisa didapat di sekitarnya.
Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan berada dalam ruangan yang merupakan salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis. Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya penggunaan material tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya.
D. PERBEDAAN ARSITEKTUR TROPIS DENGAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK
Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitannya iklim daerah tersebut. Pada akhirnya bentuk arsitektur yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh budaya setempat, dan hal ini akan berpengaruh pada ekspresi arsitektur yang akan ditampilakan dari suatu bangunan,selain itu pendekatan bioklimatik akan mengurangi ketergantungan karya arsitektur terhadap sumber-sumber energi yang tidak dapat dipengaruhi.
Sedangkan Arsitektur tropis adalah sebuah konsep desain yang beradaptasi dengan lingkungan yang tropis tetapi bukan berarti melupakan sisi estetika. Hanya disini hal yang paling utama adalah sebuah respon positif dari efek iklim tropis itu sendiri.
Arsitektur bioklimatik menggunakan prinsip desain. Penampilan bentuk arsitektur sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan setempat yaitu,
- Meminimalkan ketergantungan pada sumber energi yang tidak dapadiperbaharui.
- Penghematan energi dari segi bentuk bangunan, penempatan bangunan,dan pemilihan material.
- Mengikuti pengaruh dari budaya setempat.
Hal-hal yang harus dipehatikan dalam mendesain dengan tema bioklimatik strategi pengendalian iklim, antara lain:
- Memperhatikan keuntungan matahari
- Meminimalkan perlakuan aliran panas
- Meminimalkan pembesaran bukaan/bidang terhadap matahari
- Memperhatikan ventilasi
- Memperhatikan penguapan pendinginan, sistem atap.
Sedangkan Arsitektur Tropis adalah jawaban atas kondisi lingkungan di daerah tropis, merupakan karya arsitektur yang mencoba memecahkan problematik iklim tropis. Konsep dasar arsitektur tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis. Sebagaimana diketahui, secara umum iklim tropis ditandai dengan kondisi dua musim, kemarau dan hujan, yang kerap kali mencapai keadaan cukup ekstrim. Desain arsitektur tropis harus mampu menanggapi kedua kondisi tersebut dengan baik.
E. BANGUNAN ARSITEKTUR TROPIS
1. The Cuixmala Luxury Resort Careyes, Meksiko
Bahan bangunan yang digunakan tidak jauh berbeda dengan resort pada umumnya namun terdapat sentuhan material alami pada interior bangunan seperti kayu, pada kusen pintu dan jendela, reng atap dan lainnya, Gaya bangunan Meksiko juga diterapkan pada furniture mewah yang digunakan namun tetap dengan bentuk yang simpel. Terdapat banyak bukaan agar suhu di dalam terjaga. Cahaya matahari tidak masuk secara langsung ke dalam bangunan karena terhalang oleh pohon-pohon.
2. The Fish House Singapore City, Singapore
Properti modern ini dirancang menyesuaikan iklim tropis panas dan lembab Singapura dengan menciptakan ruang terbuka similir, memberikan penghuninya pemandangan dari setiap sudut kamar ke laut dan ke taman dengan kolam renang yang besar yang menghubungkan rumah dengan landscape. The Fish House adalah salah satu contoh bangunan yang di desain mengikuti kondisi alam sekitarnya. Suasana air kolam dan air laut membuat suhu di dalam bangunan menjadi sejuk.
3. Holy Stadium JKI Injil Kerajaan, Semarang, Jawa Tengah
Bangunan holy stadium adalah bangunan bentang lebar berfungsi sebagai gereja dengan luas total 1,8 hektar mampu menampung 16.000 jemaat, gedung ini dianugerahi 2009 Asean Energy Award karena mampu mengefisiensi konsumsi energi, gedung ini diarsiteki oleh Jimmy Priatman dari surabaya.
Bangunan ini diusulkan para dewan gereja untuk dapat menampung sejumlah besar orang, selain itu bangunan harus ramah lingkungan, hemat energi dan berkelanjutan. Ternyata bangunan ini juga menerapkan beberapa sistem arsitektur yang sudah cukup maju selain itu bangunan ini juga menjadi roh di kawasan tepi pantai grand marina, karna setelah munculnya bangunan ini kawasan disekitar marina mulai menjadi hidup.
Bangunan holy stadium dilengkapi teknologi yang mampu mengatasi permasalahan matahari dengan baik, dan pergerakan udara dengan baik, pada bagian atas bangunan menggunakan insulasi untuk menahan panas, sedangkan pada eksterior bangunan memiliki selubung agar panas tidak masuk kedalam bangunan.
Pembuatan koridor sebagai ruang transisi, ruang transisi bertujuan memberikan kenyamanan thermal yang optimal kepada fungsi ruang utama pada kasus ini ruang utamanya adalah ruang gereja, disini lobby berperan membuang hawa panas karena pada lobby udara terus mengalir, disamping itu juga dengan prinsip fisika dasar pada transfer panas, bahwa udara sebagai konduktor yang buruk, jadi udara panas akan kesulitan mencapai ruang gereja,
Sumber:
http://adacyntya.blogspot.co.id/2015/04/arsitektur-tropis.html
http://radentirta18.blogspot.co.id/2016/11/arsitektur-tropis.html
http://elinramln.blogspot.co.id/2016/01/arsitektur-ligkungan-bab-4-arsitektur.html
https://id.scribd.com/doc/200873785/Penerapan-Arsitektur-Tropis-Pada-Bangunan-High-Tech-pdf
https://cutnuraini.files.wordpress.com/2014/09/kuliah_12.pdf
http://www.slideshare.net/alvinoyeah/azas-perancangan-arsitektur-3-contoh-bangunan-tropis
Bangunan holy stadium dilengkapi teknologi yang mampu mengatasi permasalahan matahari dengan baik, dan pergerakan udara dengan baik, pada bagian atas bangunan menggunakan insulasi untuk menahan panas, sedangkan pada eksterior bangunan memiliki selubung agar panas tidak masuk kedalam bangunan.
Pembuatan koridor sebagai ruang transisi, ruang transisi bertujuan memberikan kenyamanan thermal yang optimal kepada fungsi ruang utama pada kasus ini ruang utamanya adalah ruang gereja, disini lobby berperan membuang hawa panas karena pada lobby udara terus mengalir, disamping itu juga dengan prinsip fisika dasar pada transfer panas, bahwa udara sebagai konduktor yang buruk, jadi udara panas akan kesulitan mencapai ruang gereja,
Sumber:
http://adacyntya.blogspot.co.id/2015/04/arsitektur-tropis.html
http://radentirta18.blogspot.co.id/2016/11/arsitektur-tropis.html
http://elinramln.blogspot.co.id/2016/01/arsitektur-ligkungan-bab-4-arsitektur.html
https://id.scribd.com/doc/200873785/Penerapan-Arsitektur-Tropis-Pada-Bangunan-High-Tech-pdf
https://cutnuraini.files.wordpress.com/2014/09/kuliah_12.pdf
http://www.slideshare.net/alvinoyeah/azas-perancangan-arsitektur-3-contoh-bangunan-tropis
0 komentar:
Posting Komentar